Selamat datang di Gubuk Mayaku semoga apa yang tergores disini bisa memberikan percikan-percikan cahaya dihati terutama buat diriku sendiri

Label

Sabtu, 15 Januari 2011

Mencoba...

Aku hanya ingin menulis. Menulis apa saja yang ingin aku tulis. Aku tak perlu memilih kata-kata yang begitu rumit dan terlalu indah. Karena, aku bukan ingin membuat suatu puisi, syair ataupun sajak. Aku hanya ingin menulis hal-hal yang perlu aku tulis. Hal-hal yang terlontar begitusaja dari hati.

Aku malu, aku malu dan aku malu

Tidak consisten terhadap apa yang telah aku pikirkan dan aku tekankan dalam hidupku. Prinsip kehidupan dan segalanya terasa terlepas begitu saja. Mulai mencari kesalahan diri sendiri dan menumpuknya hingga berlembar-lembar. Mengadakan intropeksi, pembenahan dan terciptalah suatu kesimpulan.


AKU BERUBAH.


AKU akan mengadakan perubahan BESAR dalam hidupku.

Dengan cara menyempurnakan di setiap hariku. Sempurna kepada Allah, manusia, dan juga alam.

Tapi, apa yang terjadi ? ia, aku hanya manusia yang masih belum bisa mengendalikan hawa nafsu. Aku bukan lagi menyempurnakan hariku melainkan aku menyempurnakan kenakalanku, kekhilafanku, kemalasanku. Aku tak ingin sedikitpun mengotori kata hatiku (niat awal seperti itu). Tapi, setelah bertemu dengan mereka. Keadaan berubah seratus kali lipat. Aku dengan mudahnya melanggar janji yang telah aku buat sendiri. Janji untuk diri sendiri, untuk kebaikan ku kelak.



Janji untuk diri sendiri aja mudah terlewatkan begitu saja, bagaimana dengan janji kita kepada orang lain ?



sungguh , aku sungguh malu dengan keadaanku saat ini. Aku juga melalaikan apa yang telah menjadi kewajibanku sebagai hamba berdosa, Mau taruh mana muka ku ini ? aku malu aku malu aku malu.

Aku tak mau mengadahkan wajahku, aku tak mau menatap nya. Aku terlalu hina dan banyak dosa. Aku mengingkari semua yang telah dijadikan suatu kesepakatan pembenahan diri. Aku melalaikan kewajiban utamaku. Aku mengingkari segalanya. Untuk apa lagi aku mengadahkan wajah namun aku mempunyai tumpukan dosa di mataku. Aku akan berani menatap apabila aku telah bersih. Setelah, aku mampu untuk menyempurnakan hariku, mampu menepati segala kesepakatan yang telah dibuat diriku untuk diriku. Tak perlu berlarut-larut dalam penyesalan, kebodohan, kekesalan. Karena yang ada di hadapanmu sekarang ini bukan lah masa lalu. Namun, hari ini adalah milikmu yang sesungguhnya kamu masih diberi kesempatan untuk melakukan penyempurnaan.



Nilna Faizah Fiddarain.....14/1/11

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Subhanallah...
    Artikel yang sangat indah.
    Sperti ungkapan yang muncul dari dalam lubuh hati seseorang.
    I Like It...
    Thanks for writer.... :)

    BalasHapus